Properti – Sektor Riil – Obat Krisis Ekonomi

1146205620X310

Properti – Sektor Riil – Obat Krisis Ekonomi Banyak orang khawatir dengan krisis global. Turunnya perekonomian di Amrik mengakibatkan peningkatan pengangguran.Peningkatan pengangguran ini mengakibatkan kegagalan bayar pada supreme mortgage (KPRnya Amrik) dan berujung kepada bangkrutnya Lehmans Brother. Diikuti kebangkrutan JP Morgan Amrik dan CITI Group yang berefek kepada kepanikan pasar modal di seluruh dunia yang ramai-ramai menjual saham dengan murah. Pasar saham dunia anjlok. (IHSG diprediksikan menembus di bawah 1000 poin; baca detikfinance.com). Di Indonesia malah diikuti dengan kenaikan BI Rate menjadi 9,5% yang mengakibatkan suku bunga kredit naik sampai dengan 1%-3%. Persyaratan uang muka KPR yang dulu bisa 10%, sekarang wajib 30%. Perjanjian KPR Inden yang ada diperketat. Jelas hal ini merugikan sektor riil terutama properti. Sebenarnya hanya ada satu jawaban untuk bisa menyelesaikan krisis ekonomi yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nah, properti adalah solusi (baca obat) dari krisis ekonomi. Bukanlah sektor yang musti dihantam dengan suku bunga tinggi, perijinan yang bermeja-meja dan tarif pajak yang mahal. Berikut adalah ulasan saya: Menyerap Banyak Tenaga Kerja Properti adalah sektor riil yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Bayangkan, dalam sebuah proyek perumahan skala 2 Ha, mampu menyerap tenaga kasar sampai dengan 300 orang. Bandingkan dengan sektor finansial? Berapa banyak yang bekerja? Berapa banyak yang diuntungkan? Lebih dari 75% pembeli properti melalui kredit Pengalaman saya menunjukkan bahwa lebih dari 75% pembeli produk properti menggunakan fasilitas kredit. Artinya perbankan diuntungkan karena bank dapat menyalurkan kredit dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga atau bagi hasil dalam sistem syariah. Mengangkat sektor bisnis lainnya Dalam membangun satu rumah, terdapat ribuan item material. Material rumah pokok adalah material alam seperti batu belah dan pasir, kemudian batu bata, semen, besi, genteng, cat, keramik, material listrik, perkayuan dan lain-lainnya. Setidaknya ada 9 item pokok dalam membangun satu unit rumah. Darimana material ini diperoleh? Dari supplier. Supplier dari Distributor. Distributor dari Pabrik. Begitu banyak rentetan lini bisnis yang berhubungan dengan properti bukan ? Nah, pertanyaan saya adalah penting tidak membangun properti Indonesia? Melihat efek domino yang begitu dahsyat. Saya jawab SANGAT PENTING!!! Ini belum dihitung dengan sektor jasa konsultan baik konsultan manajemen, konsultan perencanaan, konsultan pemasaran begitu pula dengan sektor perbankan yang sudah saya bahas di atas. Saya tantang Anda – pembaca – sebutkan satu sektor bisnis yang bisa memberikan efek domino sedahsyat sektor properti? Kalaupun ada, seberapa pokok kebutuhan masyarakat akan sektor tersebut? Kalau bisa, saya berikan hadiah berupa koleksi tiga ebook tentang properti. Meningkatkan pendapatan per kapita Penyerapan tenaga kerja yang banyak baik dari sektor properti itu sendiri maupun sektor lain yang menjadi lini bisnis tentunya meningkatkan konsumsi (C). Peningkatan konsumsi ini mendorong peningkatan pendapatan per kapita. Ingat bahwa pendapatan per kapita terdiri dari konsumsi, investasi, ekspor impor bersih dan pengeluaran pemerintah (Y = C + I + (E-I) + G) dibagi dengan jumlah penduduk. Bagaimana dari sisi investasi? Jelas sektor properti membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan membutuhkan jangka waktu yang tidak pendek untuk dapat mengembalikan modal. Karena investasi di sektor riil tidak selikuid dibandingkan dengan investasi di sektor finansial. Tapi keuntungan atas likuiditas itu hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Ketika sektor finansial sedang terjadi gonjangan, pemodal akan mudah mencairkan. Ini sisi jahatnya. Sehingga peningkatan pendapatan per kapita dari sisi investasi akibat peningkatan investasi di sektor finansial adalah SEMU BELAKA. Tidak akan terjadi apabila peningkatan investasi ada di sektor riil. Properti bukan bursa komoditas Mengapa saya angkat sub judul ini. Karena dalam bursa komoditas, apa yang Anda beli (investasi) bisa saja mungkin dengan harga tinggi dan dijual dengan harga rendah. Contoh, berapa harga CPO (Crude Palm Oil) sekarang dibanding bulan lalu? Berapa ongkos produksinya? Akhir-akhir ini harga CPO dalam bursa komoditi turun tajam di bawah harga produksi petani kelapa sawit. Bagaimana dengan minyak mentah beberapa bulan lalu, sampai-sampai pemerintah kita kebakaran jenggot? Hal ini tidak akan terjadi di sektor properti – kecuali Anda benar-benar butuh uang – karena properti itu UNIK. Tidak bisa Anda sama ratakan harga kapling di blok A (misalnya) dengan harga kapling di blok B. Tidak bisa Anda samakan harga tipe 36 di komplek A dengan tipe yang sama di komplek B. Hampir dipastikan 99% bahwa harga jual properti mengikuti teori penetapan harga yakni harga jual di atas harga produksi. Berkaca pada beberapa hal tersebut di atas, sudah seharusnya pemerintah lebih melindungi sektor riil dan bukan memoles wajah sektor finansial. Karena teorinya bahwa sektor finansial adalah sektor yang mendukung sektor riil. Apa yang terjadi sekarang adalah sektor riil terancam ambruk gara-gara krisis di sektor finansial. Sekali lagi saya percaya bahwa industri properti adalah solusi dari krisis ekonomi saat ini. Mari kita diskusi!

Sumber : aryodiponegoro.wordpress.com

Dicari Tanah “Kecil Berkualitas”

 

Anda pemilik tanah? atau Anda seorang mediator?

Kami saat ini sedang mencari sebidang tanah (antara 50 – 65 m2)…guna pembuatan satu unit rumah. Lokasi yang kami cari seputar Tanah Baru, Depok. Harga…ya harga pasar saja ya…. 🙂 syukur lebih murah.

Akses untuk mobil ada…, dan lebih diutamakan pihak penjual tanah boleh dibayar termin (insyaAlloh tidak lama-lama kok)…pokoknya win-win solusi…

Mohon jika ada info hubungi kami yah…

terimakasih..

Sosialisasi…yang sering terlupa..!!!


 

 Mudah-mudahan judul di atas tidak dianggap berlebihan. Maksud penulis hanya menekankan bahwa hal ini sering kita lupakan setelah mendapatkan lahan yang hotdeal. Sekedar berbagi pengalaman, ketika dulu sedang mengerjakan lokasi di Jawa Barat, tepatnya di Bandung.

Setelah negoisasi dengan pemilik lahan OK, yaitu dengan sedikit uang muka dan pembayaran sisanya dengan disesuaikan penjualan per kavling tanah, maka betapa bersyukurnya saat itu. “Alhamdulillah akhirnya proyek kedua pun dalam terwujud”…. J

Akhirnya sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik lahan, bahwa pekerjaan di awal yang akan dilakukan adalah melakukan pemagaran lahan. Berharap dari pekerjaan ini akan terlihat batas dan kejelasan hak kepemilikan (kepenguasaan lahan tersebut).

Maka pekerjaan pun dimulai, yang nampak jelas ada masalah di lahan itu adalah adanya jalan kecil (satu motor) di tengah-tengah lahan yang menghubungkan salah satu jalan menuju ke pemukiman warga di sekitar lahan yang akan kita kerjakan. Pemilik lahan pun berinisiatif ke pihak Ketua RW untuk menjelaskan bahwa lahannya akan dikerjakan dan meminta bantuan untuk mensosialisasikan penutupan jalan kecil tersebut kepada warga. Dengan deal-deal tertentu akhirnya pemilik lahan dan ketua RW sepakat. Artinya pihak RW menyanggupi akan beresnya sosialisasi tersebut dengan warga yang bersangkutan.

Berbekal hal tersebut kami pun dengan semangat memagari seluruh batas lahan yang telah ditunjukkan pemilik lahan sebelumnya. Mulai dari penggalian tanah untuk pondasi dan kemudian naik satu demi satu batako.

Namun pada malam hari setelah aktivitas memagar (memotong) jalan kecil yang kami maksud di atas, kami dipanggil oleh Ketua RW dan diberitahu bahwa ada beberapa yang komplain mengenai penutupan jalan tersebut. RW mengatakan bahwa ketua RT dan warga mengundang untuk mengadakan rapat mengenai hal tersebut.

Nah…lu….dag dig dug…., akhirnya bertiga kami pun mendatangi undangan tersebut. masyaAlloh…setelah sampai kami pun kaget…ternyata “ribuan” manusia telah siap menunggu kedatangan kami. Akhirnya…setelah dipersilahkan duduk,,,kami pun mulai bernegoisasi…menjelaskan dan sebagainya….intinya….kami dijadikan tersangka dan tertuduh tidak mensosialisasikan pekerjaan di wilayah mereka (duh….ternyata Pak RW hanya beres beres saja…ternyata ia belum bener2 mensosialisasikan sepenuhnya).

Dan setelah kami fikir-fikir…memang benar…kita tidak boleh menyerahkan sosialisasi pada satu orang…., jangan gampang percaya !!! Niat dan terjunlah langsung kepada mereka…, dengar isi hati mereka (….hehehe)…dengarkan aspirasi mereka….dengan catatan satu :

Tidak boleh saling mendzolimi….!!! Warga tidak boleh mendzolimi….kita pun tidak boleh mendzolimi mereka…,..

Oke…singkat kata…setelah beberapa sekian kali kita bertemu….dan terakhir di sebuah masjid besar….dengan jumlah massa yang besar…akhirnya kami sepakati beberapa hal (gak usah ditulis ya…panjang ceritanya)…hehe…

Berikut fotonya….jalan kami tutup yang pernah menjadi pemicu warga “berkumpul dan bersatu”…..

Endingnya….alhamdulillah…dapat pengalaman plus dapat lanjut pekerjaan kita……., jangan lupa sosialisasi sebelum eksekusi perolehan lahan hotdeal Anda 🙂

Mudah-mudahan bermanfaat ya…amiin.

Beli Rumah Tanpa DP, Mauuu?

Salah satu kendala untuk mewujudkan cita-cita memiliki rumah adalah besarnya nilai uang yang dikeluarkan di depan yaitu DP. Bisa jadi konsumen sebenarnya kuat untuk membayar besaran cicilan per bulannya, namun ketika melihat DPnya….wow….mundur deh…., contoh misalnya Rumah type 30/72 harga Rp. 100jt, untuk DP saja konsumen harus mengeluarkan paling tidak Rp. 20 jt (20% dari harga rumah)….

Nah…kali ada kesempatan buat Anda untuk membuktikan…ternyata masih ada beli rumah tanpa DP yah…… masak sih….? nih..dia…:

tipenya ? nih..dia tipenya….

harganya………..,,? monggo…

Lokasinya…?

Nah…siteplannya…berikut :

tapi mohon maaf saudara-saudaraku….unitnya tinggal sisa 2 lagi……hayo….siapa yang cepat ia dapat ya….

ditunggu…ditunggu..ditunggu……………………….

Hubungi kami..

Bagaimana Mencari Investor…???

Seringkali pengusaha (apalagi pemula) terhadang kendala modal dalam menjalankan bisnisnya. Jika pembiayaan internal tak mungkin (ga punya duit), maka pilihan pengusaha hanya dua: berhutang atau mencari investor yang mau membiayai bisnisnya.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara mendapatkan investor??? Kita buat simulasi kasus saja. Misalnya Kita membutuhkan 50 juta untuk membuat rumah makan.

Sebelum menjawab, akan lebih baik kita menurunkan pertanyaan: siapa itu investor? Bagaimana saya bisa menemukan investor?

Jenis-jenis Investor

Secara sederhana investor dapat diartikan pihak yang menanamkan uangnya di sebuah bisnis. Ternyata menurut kuliah yang saya dapatkan di Entrepreneur Campus Yogyakarta, setidaknya ada tiga jenis investor:

  1. Tipe rasional

Maunya Cuma untung. Tipe yang sangat banyak ditemui. Tapi juga lebih mudah. Dalam artian, kita bisa menciptakan hubungan yang profesional. Mereka tidak menuntut yang “macam-macam”. Asal untung, modal kembali. Semua happy J.

  1. Tipe ideologi emosional

Mereka mau membantu, tapi dengan “syarat”. Bersifat ideologis atau mengandung nilai-nilai tertentu. Contohnya Pak haji yang bersedia berinvestasi dibisnis rumah makan Kita tapi Kita tak boleh menjual rokok disana. Inilah bedanya dengan investor rasional. Terkadang investor turut campur dalam nilai2 perusahaan.

  1. Angel investor

Kita harus berhati2 dengan tipe ini. There are no free lunch. Jika Kita bertemu dengan investor yang benar2 mau mambantu, tidak menuntut macam-macam, juga sepertinya tidak memiliki motif apapun, maka sebaiknya Kita berdoa. Semoa Kita benar-benar bertemu dengan malaikat dan bukan domba berbulu srigala (bosan dengan ungkapan srigala berbulu domba? Kenapa tidak diganti “srigala berkelamin domba???” hehehe).

Semakin rasional investor, semakin profesional hubungan yang dibangun. Setelah tahu jenis2 investor berdasarkan motivasi umum, lalu apa?

Investor Terhebat

Daripada Kita mimpi bertemu malaikat yang menyamar jadi investor, lebih baik Kita ngomong langsung saja ke bosnya: Tuhan. Hey, saya TIDAK BERBOHONG. TUHAN adalah INVESTOR KITA. Ia memberikan kita kehidupan, kesehatan, bakat, dan kemampuan. Semua itu adalah investasi yang tidak ternilai. Jadi saran no.1 adalah: BERDOALAH!!!. (Saya sudah membuktikan, tahun 2009 saya mendapatkan investor 60 juta!)

Konsep Harus Jelas

Setelah itu Kita harus sudah memilikii konsep bisnis yang jelas terlebih dahulu. Tulislah dalam bentuk proposal sederhana. Jangan berpikiran sophisticated complicated (apaan seh???), intinya dibuat simple saja. Jauhi anggapan semakin tebal semakin bagus. Itu SALAH.

Karena calon investor hanya memiliki waktu tak lebih dari 3 menit untuk MENILAI BISNIS KITA. Cukup tulis latar belakang, gambaran produk/jasa, produksi, distribusi, pemasaran, dan juga analisa keuangan. Langsung tulis BENEFIT yang didapatkan investor. Entah berupa bagi hasil, atau buyback saham dalam jangka waktu tertentu.

Tak lupa tulis prospek perkembangan bisnis Kita minimal 5 tahun kedepan. Rekor proposal tertipis yang pernah saya buat adalah hanya 1 (satu) lembar. Dan tetap bisa goal.

Contact List

Nah sekarang coba tulis semua orang yang Kita kenal (keluarga dan teman akrab bisa menjadi prioritas) dan kira-kira “bisa membantu”. Siapa pun. Karena pada dasarnya semua orang berpotensi menjadi investor Kita. Investasi tak harus melulu uang toh? Bisa peralatan, perizinan, tempat, doa dll. Bahkan tukang becak yang berpenghasilan Rp.30rb seharipun bisa!.

Tak percaya??? Sekarang mari ubah pola pikir kita. Kita butuh 50 juta, tapi apakah harus didapatkan dari satu orang? Apakah tidak bisa kita menerbitkan saham senilai 10rb perlembar? Dan berarti Kita akan memiliki 5.000 lembar saham yang bisa Kita jual eceran!.

Lagi-lagi saya sudah mencoba. Saat SMU tahun 2003, bersama teman2 dari Junior Achievement International yang mengajari kami membuat perusahaan kecil-kecilan. Modal yang dibutuhkan Rp.500rb. Apa yang kami lakukan? Memecahnya menjadi Rp.10rb dan menjualnya keteman atau orang tua kami sendiri! Bisa kan????

Jikapun Kita tidak menemukan investor yang mampu, kita bisa bertanya kepada kenalan Kita, “Kira-kira siapa yang bisa menjadi investor saya?”.

Jika sudah ada calon investor, segeralah buat janji untuk BERTEMU LANGSUNG. Haram hukumnya sekedar menitipkan proposal Kita kesekretaris bahkan satpam.

“Halo, Bapak X, saya (nama Kita) ingin berbicara tentang sesuatu yang menyangkut masa depan portofolio kekayaan Anda. Bisa kita bertemu untuk makan siang?” (believe me bos, mendengar kata “portofolio kekayaan masa depan”, minimal ia akan memberikan waktu 5 menit dikantornya).

Modal Terbesar

Modal terbesar dalam menjalankan bisnis dan mendapatkan investor bukanlah uang. Tapi masalah KEPERCAYAAN. Sebuah bentuk modal sosial yang tak bisa dinilai dengan uang. Kenapa pihak Bank membutuhkan jaminan seritifikat rumah Kita? Karena mereka belum percaya kepada Kita!.

Mereka masih belum tahu track record bisnis Kita. Apakah “berbakat” untung atau rugi. Apakah Kita tidak lari. Apakah Kita bukan penipu. Coba lihat pengusaha-pengusaha besar, malah pihak Bank yang “mengemis-ngemis” kepada pengusaha tersebut agar mau mengambil kredit.

Tips

Sebelum kita bisa meyakinkan orang lain, terlebih dahulu kita harus bisa meyakinkan diri sendiri. Lakukan presentasi dengan percaya diri. Disertai data dan fakta. Tak cukup berasumsi saja. Bagaimana orang lain akan mempercayai kita jika kita sendiri tidak percaya pada diri sendiri?

Jangan terlalu berjanji. Bersikaplah jujur, realistis dan profesional. Jika tahun pertama rugi (dan kebanyakan bisnis mengalami kerugian diawal-awal operasinya), maka jangan menjanjikan pembayaran. Lebih baik Kita kehilangan calon investor karena tak mampu menyanggupi permintaan muluknya, daripada kehilangan integritas karena menjadi Yes Man! Menjanjikan apa yang diinginkan oleh investor.

Keep your promise. Jika Kita sudah berkata A, maka pantang untuk melakukan B. Ini berkaitan dengan modal yang paling utama: kepercayaan. Kehilangan uang masih bisa dicari, kehilangan kepercayaan takkan bisa dibeli.

Gagal itu biasa. Band seperti The Beatles pun pernah gagal mendapatkan “investor”. DECCA record, sebuah perusahaan rekaman yang mendengar demo lagu mereka, menganggap grub ini tak lebih dari anak muda berandalan dengan musik yang “kacau”.

Jika Kita gagal mendapatkan investor, tak perlu berputus asa! Teliti lagi konsep bisnis Kita, pelajari seni negoisasi, terus cari contact, kembangkan jaringan, dan jangan pernah mengubur impian Kita untuk menciptakan rumah makan itu!!!.

Sumber : kompasiana.com, oleh : Yoga PS