Properti – Sektor Riil – Obat Krisis Ekonomi Banyak orang khawatir dengan krisis global. Turunnya perekonomian di Amrik mengakibatkan peningkatan pengangguran.Peningkatan pengangguran ini mengakibatkan kegagalan bayar pada supreme mortgage (KPRnya Amrik) dan berujung kepada bangkrutnya Lehmans Brother. Diikuti kebangkrutan JP Morgan Amrik dan CITI Group yang berefek kepada kepanikan pasar modal di seluruh dunia yang ramai-ramai menjual saham dengan murah. Pasar saham dunia anjlok. (IHSG diprediksikan menembus di bawah 1000 poin; baca detikfinance.com). Di Indonesia malah diikuti dengan kenaikan BI Rate menjadi 9,5% yang mengakibatkan suku bunga kredit naik sampai dengan 1%-3%. Persyaratan uang muka KPR yang dulu bisa 10%, sekarang wajib 30%. Perjanjian KPR Inden yang ada diperketat. Jelas hal ini merugikan sektor riil terutama properti. Sebenarnya hanya ada satu jawaban untuk bisa menyelesaikan krisis ekonomi yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nah, properti adalah solusi (baca obat) dari krisis ekonomi. Bukanlah sektor yang musti dihantam dengan suku bunga tinggi, perijinan yang bermeja-meja dan tarif pajak yang mahal. Berikut adalah ulasan saya: Menyerap Banyak Tenaga Kerja Properti adalah sektor riil yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Bayangkan, dalam sebuah proyek perumahan skala 2 Ha, mampu menyerap tenaga kasar sampai dengan 300 orang. Bandingkan dengan sektor finansial? Berapa banyak yang bekerja? Berapa banyak yang diuntungkan? Lebih dari 75% pembeli properti melalui kredit Pengalaman saya menunjukkan bahwa lebih dari 75% pembeli produk properti menggunakan fasilitas kredit. Artinya perbankan diuntungkan karena bank dapat menyalurkan kredit dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga atau bagi hasil dalam sistem syariah. Mengangkat sektor bisnis lainnya Dalam membangun satu rumah, terdapat ribuan item material. Material rumah pokok adalah material alam seperti batu belah dan pasir, kemudian batu bata, semen, besi, genteng, cat, keramik, material listrik, perkayuan dan lain-lainnya. Setidaknya ada 9 item pokok dalam membangun satu unit rumah. Darimana material ini diperoleh? Dari supplier. Supplier dari Distributor. Distributor dari Pabrik. Begitu banyak rentetan lini bisnis yang berhubungan dengan properti bukan ? Nah, pertanyaan saya adalah penting tidak membangun properti Indonesia? Melihat efek domino yang begitu dahsyat. Saya jawab SANGAT PENTING!!! Ini belum dihitung dengan sektor jasa konsultan baik konsultan manajemen, konsultan perencanaan, konsultan pemasaran begitu pula dengan sektor perbankan yang sudah saya bahas di atas. Saya tantang Anda – pembaca – sebutkan satu sektor bisnis yang bisa memberikan efek domino sedahsyat sektor properti? Kalaupun ada, seberapa pokok kebutuhan masyarakat akan sektor tersebut? Kalau bisa, saya berikan hadiah berupa koleksi tiga ebook tentang properti. Meningkatkan pendapatan per kapita Penyerapan tenaga kerja yang banyak baik dari sektor properti itu sendiri maupun sektor lain yang menjadi lini bisnis tentunya meningkatkan konsumsi (C). Peningkatan konsumsi ini mendorong peningkatan pendapatan per kapita. Ingat bahwa pendapatan per kapita terdiri dari konsumsi, investasi, ekspor impor bersih dan pengeluaran pemerintah (Y = C + I + (E-I) + G) dibagi dengan jumlah penduduk. Bagaimana dari sisi investasi? Jelas sektor properti membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan membutuhkan jangka waktu yang tidak pendek untuk dapat mengembalikan modal. Karena investasi di sektor riil tidak selikuid dibandingkan dengan investasi di sektor finansial. Tapi keuntungan atas likuiditas itu hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Ketika sektor finansial sedang terjadi gonjangan, pemodal akan mudah mencairkan. Ini sisi jahatnya. Sehingga peningkatan pendapatan per kapita dari sisi investasi akibat peningkatan investasi di sektor finansial adalah SEMU BELAKA. Tidak akan terjadi apabila peningkatan investasi ada di sektor riil. Properti bukan bursa komoditas Mengapa saya angkat sub judul ini. Karena dalam bursa komoditas, apa yang Anda beli (investasi) bisa saja mungkin dengan harga tinggi dan dijual dengan harga rendah. Contoh, berapa harga CPO (Crude Palm Oil) sekarang dibanding bulan lalu? Berapa ongkos produksinya? Akhir-akhir ini harga CPO dalam bursa komoditi turun tajam di bawah harga produksi petani kelapa sawit. Bagaimana dengan minyak mentah beberapa bulan lalu, sampai-sampai pemerintah kita kebakaran jenggot? Hal ini tidak akan terjadi di sektor properti – kecuali Anda benar-benar butuh uang – karena properti itu UNIK. Tidak bisa Anda sama ratakan harga kapling di blok A (misalnya) dengan harga kapling di blok B. Tidak bisa Anda samakan harga tipe 36 di komplek A dengan tipe yang sama di komplek B. Hampir dipastikan 99% bahwa harga jual properti mengikuti teori penetapan harga yakni harga jual di atas harga produksi. Berkaca pada beberapa hal tersebut di atas, sudah seharusnya pemerintah lebih melindungi sektor riil dan bukan memoles wajah sektor finansial. Karena teorinya bahwa sektor finansial adalah sektor yang mendukung sektor riil. Apa yang terjadi sekarang adalah sektor riil terancam ambruk gara-gara krisis di sektor finansial. Sekali lagi saya percaya bahwa industri properti adalah solusi dari krisis ekonomi saat ini. Mari kita diskusi!
Sumber : aryodiponegoro.wordpress.com